Depok, SuaraRakyat62.com Puluhan anggota Brimob Polri yang tergabung dalam Kompi Pemburu Rajawali IV menggelar reuni hangat di Depok, Jawa Barat. Kompi elite ini merupakan pasukan khusus yang dibentuk Presiden RI Prabowo Subianto pada tahun 1998, dan telah mengukir sejarah penting dalam tugas menjaga keutuhan NKRI, khususnya saat konflik di Timor Timur.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Pasukan Elite Bentukan Prabowo Rajut Kembali Kenangan dalam Reuni Bersejarah

Pertemuan yang berlangsung dalam suasana akrab tersebut menjadi ajang silaturahmi dan mengenang masa-masa pengabdian. Salah satu momen mengharukan terjadi saat para anggota menyempatkan diri berziarah ke makam rekan seperjuangan mereka,

almarhum Aiptu Djoko Purwanto, di TPU Palsigunung, Depok. Almarhum wafat pada 5 April lalu. Dengan khidmat, para prajurit membacakan doa di pusara sang rekan.

“Old soldiers never die. Prajurit tidak mengenal kata pensiun dalam pengabdian menjaga NKRI,” ujar Brigjen Pol Gatot Mangkurat, yang menjabat sebagai Komandan Kompi (Danki) Rajawali IV pada masa awal pembentukan tahun 1998.

AKBP Maslikan, anggota Kompi Pemburu Rajawali IV yang kini bertugas sebagai Kepala Satgas Wilayah Kepulauan Bangka Belitung Densus 88 Anti Teror Polri, menyampaikan rasa syukurnya atas pertemuan tersebut.

“Alhamdulillah, kami bisa menggelar reuni sekaligus halal bihalal. Ini momen yang sangat kami rindukan, apalagi bisa berziarah bersama ke makam sahabat kami yang baru saja wafat,” ungkapnya.

Dalam reuni tersebut juga terungkap kabar menggembirakan. Brigjen Pol Harry Kurniawan, salah satu mantan Dantim Rajawali IV, mengumumkan bahwa buku biografi tentang perjalanan Kompi Pemburu Rajawali IV akan segera diterbitkan. Buku ini akan mengulas sejarah pembentukan, pelatihan, hingga tugas-tugas penting yang pernah dijalani kompi ini.

“Insya Allah buku ini akan menjadi catatan sejarah penting, terutama untuk generasi muda, tentang bagaimana kiprah Brimob Polri dan TNI dalam menjaga kedaulatan negara,” ujar Brigjen Harry.

Tak hanya itu, buku tersebut juga akan memuat dokumentasi foto, catatan administrasi, hingga profil singkat para anggota, termasuk saat bertugas di Timor Timur sebelum referendum. Buku ini diharapkan dapat menjadi warisan sejarah dan inspirasi bagi generasi penerus.

Pewarta ; Mak Ila